Menelusuri Luhak Nan Tigo: Perjalanan Ziarah dan Pemahaman Diri di Ranah Minang (1)

 Assalammualaikum...

 


Setiap perjalanan memiliki cerita yang lebih dalam dari sekadar tempat yang kita dikunjungi atau sekedar menikmati pesona alam yang di berikan, lebih dari itu, ada makna di dalamnya.

Selama beberapa bulan terakhir ini, hampir semua teman di circle saya mulai menjalani prosesi Umroh, sehingga membuat saya pun ingin Umroh. Pas kebetulan paspor saya habis masa di Desember 2024, dan harus diperpanjang maka semakin kuat untuk Umroh, cap pertama di paspor saya harus cap imigrasi Saudi Arabia. Setelah itu baru Imigrasi Jepang karena saya sengaja ambil jenis paspor elektronik, agar bisa bebas visa 14 hari ke Jepang. 

Entah kenapa, 3 bulan belakangan ini , ketika keinginan saya untuk Umroh semakin kuat, tetiba hati saya pun berkata " Harus memulai dengan Baik, di awali dengan yang baik, balik kampung ziarah baru berangkat Umroh" Semua ini semakin menggebu saat saya mulai belajar human desain dan destiny matrik saya agar bisa memahami diri ini dan bisa memahami Tuhan, Sang Pencipta. 

Bukankah Allah SWT mengatakan, pahami dirimu maka kamu akan memahami Allah SWT, dan itulah yang saya lakukan sekarang, semoga saya konsisten memahami diri ini. 


Human Design dan Destiny Matrix: Dua Kunci untuk Memahami Diri Saya



Human Design dan Destiny Matrix telah menjadi dua alat yang  berarti dalam perjalanan saya memahami diri. Human Design mengungkapkan bahwa saya adalah seorang Generator, dengan Emotional Authority dan Split Definition—ini berarti saya memiliki energi hidup yang besar dan perlu belajar untuk membuat keputusan berdasarkan perasaan saya, bukan hanya alasan logis semata. Saya meulai memahami beberapa perjalan hidup saya kadang diambil berdasarkan apa yang saya rasakan, termasuk ketika berteman pun berdasarkan respon yang diberikan. Perjalanan ini, saya yakin, akan memperdalam pemahaman saya tentang bagaimana saya harus merespon dunia di sekitar saya, dan bagaimana saya bisa mengelola emosi dan energi saya dengan lebih bijak.

Sementara itu, Destiny Matrix membawa saya lebih jauh ke dalam pemahaman tentang bagaimana leluhur saya dan garis keturunan saya mempengaruhi perjalanan hidup saya. Dengan angka-angka yang muncul di dalam Destiny Matrix saya—angka yang menghubungkan saya dengan energi leluhur saya, seperti di Jalur Ibu dan Jalur Ayah—saya merasa ada panggilan spiritual yang kuat untuk kembali dan mengunjungi makam-makam leluhur saya di Ranah Minang. Sebuah panggilan untuk menelusuri jalan-jalan mereka dan mendapatkan inspirasi dari perjalanan hidup mereka.

Semua harus dimulai dengan baik karena Umroh adalah perjalanan suci untuk lebih mengenal Sang Khalik, membersihkan diri dalam naungan Rahmat dan Berkah-Nya di tanah Suci. Dan perjalanan ini dimulai dengan menelusuri Luhak Nan Tigo: Perjalanan Ziarah dan Pemahaman Diri di Ranah Minang.

Bulan Maret 2025, saya memutuskan untuk menngunjungi tempat-tempat yang telah lama saya rindukan- Rao-Rao, Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar. Sumatera Barat - untuk melakukan ziarah ke kuburan datuk dari pihak mama saya, kuburan nenek dari pihak papa saya. Ini bukan sekedar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang menghubungkan saya dengan keluarga dan warisan budaya saya.

Selain itu, perjalanan ini juga memberi saya kesempatan untuk menikmati kuliner lokal Ranah Minang, meresapi keindahan alam, dan tentunya, mengembangkan personal branding saya melalui pengalaman unik ini. Saya selalu percaya bahwa berkarya dengan hati dan membagikan cerita dari perjalanan kita bisa membawa dampak positif bagi orang lain.


Koneksi Spiritual yang Lebih Dalam dengan Tanah Leluhur


Saya adalah gadis Minang, papa dan mama saya asli orang minang. Suku saya adalah Bendang atas, sedangkan papa saya dari suku Bodi Chaniago. Sejujurnya sampai dua bulan yang lalu, saya tidak terlalu bangga akan entitas budaya saya. Mungkin, dari semua keluarga saya, saya ingin menikah dengan lelaki yang beda negara, otomatis beda budaya,  bisa dibilang saya adalah "pemberontak' dalam keluarga besar,  ternyata itu sesuai dengan destiny matrix saya hahaha.

Ketika saya ingin Umroh, hati kecil saya bilang mulailah dengan yang baik, jalin silatuhrahmi dengan leluhur mu, karena bagaimanapun kamu ada di muka bumi ini dan menjadi seorang muslimah karena mereka, pamit dan kunjungi mereka. 

Hal ini semakin diperjelas niat saya yang ingin keponakan-keponakan saya punya suku, ikut suku saya, suku Bendang, walaupun ibunya bukan dari minang. setahu saya, mereka juga bisa dapat suku dari kakak perempuan kandung ayah mereka, nah saya ingin mereka punya suku dan diakui. Hal ini, ditambah umroh, yang membuat saya harus memulai dari awal, ziarah ke kuburan datuk dan nenek saya, mengunjungi keluarga leluhur saya baik dari mama atau papa saya. Namun, saya masih ingin menikah dengan beda negara wkwkkw. Anak saya masih bisa dapat suku saya, karena suku itu diturunkan oleh pihak ibu.

Perjalanan ini bukan hanya tentang diri saya. Ini juga tentang tanah leluhur saya, yang sering kali saya abaikan, yang saya anggap tidak relevan dengan kehidupan saya di masa lalu. Saya seorang gadis Minang yang mungkin tidak begitu bangga dengan budaya dan leluhur saya, hingga saat ini saya masih ingin menikah dengan seseorang yang beda negara, beda budaya agar warisan Minang ini tetap bisa dikenali oleh dunia. Saya ingin menunjukkan kepada dunia bahwa meski saya mungkin jauh, akar budaya saya tidak akan hilang begitu saja. Karena Minang itu matrilineal, garis keturunan mengikuti garis ibu, maka saya ingin memastikan bahwa budaya ini tetap ada dalam keluarga saya, dalam generasi berikutnya. Mungkin ini jugalah yang membuat leluhur saya memanggil2 saya pulang untuk ziarah. 

Perjalanan untuk kembali mengenal nenek dan datuk ini adalah cara saya untuk menjaga agar warisan ini tetap hidup dalam keluarga dari garis mama saya, terutama dalam dunia yang semakin berkembang dan global. Terkadang, saya merasa seperti ada suara halus dari leluhur yang memanggil, memotivasi saya untuk datang, berziarah, dan menenun kembali benang-benang yang menghubungkan saya dengan tanah kelahiran dan budaya yang lebih dalam. Perjalanan ini adalah titik awal untuk membangun fondasi spiritual yang kokoh bagi hidup, serta memperkuat identitas budaya dalam keluarga saya.


Saya ingin lebih dari sekadar memahami diri saya, saya ingin juga menghormati warisan budaya yang telah diturunkan kepada saya. Ziarah ini menjadi cara saya untuk meresapi setiap jejak yang ditinggalkan oleh nenek moyang saya, dan memastikan bahwa kebudayaan Minang ini tetap hidup dalam keluarga saya, terutama bagi keponakan-keponakan saya yang ibunya bukan orang Minang, sehingga mereka tidak bisa mengklaim suku Minang. Saya ingin agar mereka juga bisa merasa terhubung dengan akar budaya ini, agar suku Minang tetap ada dalam darah mereka.



Mengapa Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Luhak Nan Tigo?


Mengapa saya ingin balik ke Batusangkar, Tanah Datar, Luhak nan Tigo? Karena di sanalah akar saya dimulai. Di sana saya bisa merasa lebih dekat dengan tanah leluhur, merasakan panggilan yang memanggil saya untuk kembali, bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk melanjutkan perjalanan yang dimulai oleh nenek moyang saya. Mungkin inilah yang membuat saya merasa bahwa perjalanan ini lebih dari sekadar perjalanan fisik. Ini adalah perjalanan spiritual, perjalanan untuk mengenal diri saya, untuk memahami Tuhan lebih dalam, dan untuk menjaga agar budaya Minang tetap hidup dalam setiap langkah saya.

Selain itu, perjalanan ini juga memberi saya kesempatan untuk menikmati kuliner lokal Ranah Minang, meresapi keindahan alam, dan tentunya, mengembangkan personal branding saya melalui pengalaman unik ini. Saya selalu percaya bahwa berkarya dengan hati dan membagikan cerita dari perjalanan kita bisa membawa dampak positif bagi orang lain.

Saya berencana untuk menulis blog perjalanan dan membuat konten yang dapat menginspirasi orang lain, serta membuka peluang kolaborasi dengan agen perjalanan dan merek terkait. Saya berharap, pengalaman ini tidak hanya memperkaya perjalanan pribadi saya, tetapi juga memberi manfaat lebih luas, terutama dalam hal memperkenalkan budaya dan nilai-nilai positif melalui travel blogging.

Penting untuk diingat: Dalam dunia yang serba cepat ini, kita perlu sesekali berhenti dan merenung. Memberikan waktu untuk diri sendiri, mengunjungi tempat-tempat yang memberi makna, dan mendengarkan panggilan batin bisa memberi kita kekuatan baru untuk meraih tujuan-tujuan besar kita.


Mohon doanya semoga ALLAH SWT berikan kelancaran dan perjalanan saya selalu ditemani oleh-Nya. aamiin. 



Share:

0 komentar